12 Januari 2017

Presiden Ingin Penempatan TNI Lebih Merata

12 Januari 2017

KOnsep penggelaran skuadron pesawat TNI AU (image : Analisis Militer)

Jokowi: Penempatan TNI jangan lagi Jawa sentris

JAKARTA. Presiden Joko Widodo menyatakan, saat ini penataan pasukan TNI belum merata. Berdasar hasil evaluasi yang dilakukannya, ada beberapa daerah di Indonesia yang penempatan anggota TNI masih kurang.

Daerah tersebut, umumnya berada di wilayah terluar yang strategis dan memiliki potensi ekonomi besar, seperti Natuna, Miangas, Biak, Merauke dan Pulau Rote.

"Penempatan pasukan TNI di titik utara sebelah timur, utara sebelah barat, selatan bagian timur, selatan bagian barat masih sangat kurang," katanya dalam pembukaan Rapat Terbatas tentang Sinkronisasi Gelar TNI dengan Pembangunan di Kantor Presiden , Kamis (12/1).

Atas masalah itulah, Jokowi memerintahkan kepada jajarannya, khususnya Kementerian Politik Hukum dan Keamanan maupun TNI untuk segera memperbaiki permasalahan tersebut. Dia memerintahkan agar paradigma penempatan pasukan TNI yang selama ini banyak terpusat di Jawa diratakan ke seluruh Indonesia.

"Jangan lagi Jawa sentris, tapi Indonesia sentris, apalagi dalam dua tahun terakhir, pemerintah fokus percepat pembangunan di kawasan pinggiran, Indonesia timur, perbatasan dan pulau terdepan," katanya.

(Kontan)

16 komentar:

  1. Cuma Pa Ian yang sanggup mengexsekusi konsep ini...

    Btw heli barunya mo dipangkalan dimana ya?

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Pak jokowi pintar loh....ini kerna cina d angap tamak mau menguasai laut cina selatan....smua pulau yg d hadapan perbatasan harus d lengkapi dgn penempatan tentera klu tidak d takluk kuasa tamak dan serakah

    BalasHapus
  4. Kalau konsepnya seperti yang bapak mau, mungkin bisa menggunakan caranya Polish Air Force yang membeli 6 skuadron (96 unit) f-16 A-B bekas dari AS, lalu upgrade sendiri jadi tipe C-D. Cost-nya jadi lebih murah ketimbang beli SU-35

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. menarik bgt kata"upgrade sendiri"nya om ghoffar.
      ini yg dpt rejeki tendernya siapa kira2 om, pt di ape doremon?

      Hapus
  5. Wilayah laut dalam lebih enak kalau diisi Flanker atau KFX/IFX. Untuk wilayah seperti Biak pesawat twin engine lumayan menaikan safety factor.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada statistiknya kalo twin Engine lebih safety...

      Kalo disini kan bisa dibandingin safetynya F-5 vs A-4 atau F-5 vs F-16 (yang akumulasi jam terbangnya sepadan)

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    3. @hari setyawan
      Lebih ke safety factor, dimana jet twin engine hanya pilot yang tidak ada backupnya (kecuali trainer), sedangkan single engine adalah pilot dan engine. Masalah engine juga salah satu alasan mengapa USN memakai F-18 dan bukan F-16 yang menang kompetisi. Also heard if it's up to them the JSF will be twin engined too.

      Eject di atas laut juga lebih beresiko dari di atas darat. Butuh SAR yang benar2 bagus buat ada harapan selamat. Skyhawk kita juga pernah ada yang hilang di laut.

      Kalau write off rate, F-5 25%, F-16 16,7% (2/12 yang baru tidak dihitung), A-4 42.9% (80an 9, 90an 5 dan tahun 2000 satu), Hawk 53 57,1% dan Hawk 100/200 16%. Relevansi data tersebut saya tidak tahu. Yang pasti, safety record F-5 tidak terpengaruh sama embargo.

      Hapus
    4. Guna scorpion utk wilayah laut . Jet 2 enjin baru yg bakal popular dimasa depan lagi jimat bbm dan harganya bisa terjangkau. IFX masih butuh waktu lama utk siap operasional. Walaupun target produksinya 2025 tp utk siap penuh mungkin 2030.

      Hapus
    5. masuk akal bung IRS..saya setuju

      Hapus
  6. Bicara pertahanan negara dari duluu hanya rencana doang ..nego terrus tampa kebijakan yata omdo om .

    BalasHapus
  7. Siapa bilang rencana doang? Emang harus koar koar ya kaau beli aulutsista? Atau tambah pasukan?:)

    BalasHapus